Senin, 23 Juni 2008

Cirebon I

Wisata Budaya ala Cirebon

Pagi yang dingin mewarnai Jakarta ketika rombongan The Spirit Journey of Topeng Cirebon berangkat dari Kama Budaya, di Kemang Square, menuju Cirebon. Mendung yang sesekali diiringi oleh gerimis tipis tidak memudarkan semangat rombongan kecil kami untuk terus melanjutkan perjalanan hingga tujuan. Sementara jarum jam telah menunjukkan angka 08.00.




Tujuan perjalanan dalam The Spirit Journey of Topeng Cirebon kali ini adalah untuk membangkitkan kembali kesenian tradisional, khususnya Topeng Cirebon yang nyaris terlupakan. Maklum tidak banyak yang peduli terhadap kesenian tradisional dimasa sekarang. "Dimulai dari kominitas yang kecil yaitu Kama Budaya atau Komunitas Pecinta Seni dan Budaya, kita berharap bisa memberikan gaung besar bagi lingkup yang lebih besar," kata Sekretaris Kama Budaya Rotua Magda pardede.


Demikianlah, puncak acara dari The Spirit Journey of Topeng Cirebon dilangsungkan di Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati. Sebuah panggung digelar di pintu masuk Makam Sunan Gunung Jati, yang diyakini menyebarkan islam dengan menggelar tari yang dikenal dengan nama Tari Topeng bersama Sunan Kalijaga. Itulah pula yang menyebabkan Sunan Kalijaga terkenal sebagai Sunan Panggung.


Ada yang menarik di Makam Sunan Gunung Jati, makam ini dihiasi dengan keramik buatan Cina zaman Dinasti Ming. Di komplek makam ini di samping tempat dimakamkannya Sunan Gunung Jati juga tempat dimakamkannya Fatahilah panglima perang pembebasan Batavia. Lokasi pemakaman ini juga merupakan komplek pemakaman bagi keluarga Keraton Cirebon. Sekarang, selain dipadati oleh pelayat yang ingin berziarah, Makam Sunan Gunung Jati menjadi tempat untuk memanjatkan tanda syukur oleh penari topeng di Cirebon.

Salah satu penari topeng yang dianggap sebagai maesrto tari topeng adalah Mimi Rasinah. Walaupun telah berusia hampir 80 tahun dan terkena stroke tahun 2005, Mimi Rasinah tetap eksis menari walaupun menggunakan kursi roda. Tangis haru, mengiringi penari yang telah melanglang buana kedunia internasional tersebut ketika menari dengan air mata berlinang.

Sebelum menari, Mimi Rasinah menggelar ritual di Makam Sunan Gunung Jati, sambil diboyong menggunakan tandu. Upacara sebagai tanda terima kasih atas jasa para sunan itu dinamakan, Upacara Atur-Atur. "Atur-Atur itu artinya meminta izin. Ritual itu selalu dilakukan oleh penari topeng ketika hendak menggelar pertunjukan," kata Koreografer yang juga anggota Kama Budaya Nungki Kusumastuti.

Usai menari dan mengenakan Topeng Panji berwarna Putih, yang melambangkan kesucian dan kepasrahan, Mimi Rasinah secara simbolik menurunkan ilmu tari topeng kepada cucunya dengan menaburkan kembang pada rambut keturunannya. "Tujuan acara seperti ini adalah, kita ingin terjadi regenerasi kesenian tradisional dari para maesto kepada generasi muda," kata Nungki lagi.


Banyak seni tradisional yang mulai terlupakan di negeri ini. Salah satunya adalah Topeng Cirebon. "Sekarang kita masih beruntung karena Topeng Cirebon masih memiliki generasi muda sebagai pewaris," terangnya.

Untuk target kedepan, Kama Budaya berencana akan menggelar acara serupa diberbagai daerah di Indonesia. Dimulai dengan mengumpulkan data tentang kesenian tradisional yang mulai terlupakan hingga menggelar acara budaya untuk kesenian tersebut. Pertanyaannya adalah, dimana peran pemerintah? (bernadette lilia nova)

Tidak ada komentar: