Jumat, 25 Februari 2011

Kucing Dewan


Kucing Dewan


Malam datang mengiringi siklusnya dalam keteraturan yang selalu tepat. Dingin menusuk tulang, ditambah gerak angin yang gelisah. Hujan di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat-Republik Indonesia (DPR-RI), membuat orang-orang gelisah. Karena dingin atau karena rindu rumah yang hangat? Entahlah.

Saya duduk di depan pintu masuk yang tidak lagi bisa menutup dengan otomatis (pintu masuk samping, dekat Komisi XI). Mungkin kecapaian melayani ribuan orang yang hilir mudik setiap hari. Hingga akhirnya sang pintu memutuskan untuk rusak dan tidak bergerak.

Diantara lalu lalang orang-orang, payung yang terkembang, celana yang digulung dan rok-rok yang terangkat karena hujan, keluarga kucing juga ikut resah.

Bapak kucing, ibu kucing dan seekor anak kucing yang belum mengerti abu-abu gedung dimana dia tinggal, hanya bisa melengking memanggil si ibu, agar jangan pergi jauh-jauh.

Bapak kucing,

Warnanya hitam legam meninggalkan kesan angker. Namun tubuhnya teramat kurus dan belulangnya membayang dibalik kulitnya yang legam. Tidak layak sebenarnya dia menjadi bapak kucing di Gedung DPR (kita sebut saja begitu).

Ibu kucing,

sedikit lebih cantik. kolaborasi dua warna baik buruk, dia hitam putih. Menatapnya, hati menjadi miris, saking kurusnya, air susunya pun tidak sanggup menghidupi anaknya yang terus menjerit.

Ibu kucing hanya menatap tragis nasip anaknya yang takut-takut di balik pot bunga. Si ibu kucing terus berusaha menenangkan anaknya yang menjerit... Lapar.

Anak kucing,

Mengikuti jejak si ibu, warnanya juga mencerminkan kebaikan dan keburukan. Dia hitam putih. Matanya terlihat lebih besar dibalik wajahnya yang teramat tirus.

Saya hanya bisa berfikir... Ah kucing Dewan, nasibmu sama seperti jutaan masyarakat miskin yang hidupnya di ketok di gedung ini. Hampir satu jam saya menunggu hujan berhenti, setelah lebih manusiawi, saya berjalan menuju kantin Dewan. Tempat segala makanan bisa dinikmati.

Lagi-lagi kantin Dewan menampilkan wajah kontrasnya. Diantara ratusan jenis makanan, keluarga kucing tetap saja kurus. Dan saya, memaksakan diri untuk makan makanan yang teramat sangat pedas.

(catatan dari balik hujan di gedung dewan)