Kamis, 14 Februari 2008

Wisata Rohani Museum Katedral



Wisata Rohani Museum Katedral

Selain memamerkan benda bersejarah keagamaan, Museum Katedral Jakarta juga mengoleksi lukisan karya penjahat legendaris yang ditembak mati 1980-an, Kusni Kasdut.

Siapapun yang melewati Jln Katedral atau berkendara dari Lapangan Banteng Jakarta Pusat, pastilah akan langsung menyaksikan terpampangnya dua bangunan besar nan megah, Gereja Katedral atau yang dikenal juga dengan nama De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming atau Gereja Santa Maria Pelindung Diangkat Ke Surga dan Masjid Istiqlal Jakarta, yang letaknya berhadap-hadapan.

Dengan menara putih terbuat dari baja yang menjulang ke angkasa, yang seakan muncul dari balik puncak-puncak kehijauan pohon, gereja yang diresmikan pada 1901 berdasarkan arsitektur bergaya neo-gotik dari Eropa, gereja ini menjadi salah satu bangunan ibadah yang memiliki pesona dan karisma tersendiri di Ibukota.

Keindahan arsitektur gereja, semakin terasa ketika memasuki halaman utama, kesan lapang terasa kental. Putih alami warna dinding gereja, membuat nuansa klasik mengusik siapapun yang datang untuk beribadah atau sekadar berjalan-jalan menikmati keindahan bangunan gereja yang dirancang oleh Pastor Antonius Dijkmans dan peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Provicaris Carolus Wenneker.

Dari bagian depan katedral, tepatnya di atas pintu masuk, terdapat tiga puncak menara yang menjulang tinggi. Masing-masing menara memiliki nama dan makna tersendiri, menara kecil di tengah-tengah atap dengan sebuah ukiran lingkaran di bawahnya dinamakan dengan Menara Angelus Dei. Sedangkan dua menara dengan tinggi 60 meter dari atas tanah, di sisi kanan dan kiri Angelus Dei, masing-masing dinamakan Benteng Daud dan Menara Gading.

Namun secara umum, katedral ini dibangun menyerupai salib berukuran raksasa, dengan panjang 33 meter x 17 meter. Ruang altar dibuat setengah lingkaran, sedangkan ruang utama dihiasi oleh enam tiang berukuran raksasa yang menjulang menyentuh langit-langit. Keindahan bangunan ibadah ini semakin terasa dengan langit-langit yang dibuat melengkung dari kayu jati bewarna coklat mengkilap.

Kesan agung dan sakral semakin terasa, ketika menginjakkan kaki di pintu masuk. Di tempat ini, terdapat batu pualam putih yang menempel di dinding, yang bertuliskan Marius Hulswit Architectus Erexit Me 1899 – 1901 yang berarti Aku didirikan oleh Arsitek Marius Hulswit 1899 – 1901.

Walaupun pada prasasti disebut hanya Hulswit sebagai arsiteknya, cukup banyak bukti bahwa Dijkmans-lah yang membuat sketsa-sketsa pertama dari gereja berkapasitas 900 lebih umat ini. Keberadaan Dijkmans sebagai pembuat gambar asli diungkapkan oleh Romo Kurris SJ yang menemukan arsip Jesuit di Nijmegen, Belanda, tentang data dan gambar yang ditandatangani Dijkmans. Denah dasar geraja ini bisa ditemukan di ruang museum sekarang ini.

Suasana di dalam gereja yang memiliki tiga buah lonceng yang memiliki inskripsi dengan bahasa latin tersebut, akan semakin sakral, ketika pendar-pendar matahari menembus kaca jendela yang didesain berukuran besar khas bangunan Eropa. Dari kaca patri beraneka warna akan terpantul kilau keemasan matahari, keindahan interior gereja, dipadukan dengan cahaya matahari yang masuk lewat kaca jendela, membuat pengunjung betah berlama-lama.

Tidak jauh dari pintu masuk utama, bagi pengunjung yang ingin menyaksikan koleksi-koleksi benda bersejarah dan antik milik gereja, bisa naik ke lantai dua dengan menyusuri tangga yang terbuat dari kayu jati. Disepanjang dinding tangga menuju ruang museum, pengunjung dimanjakan dengan keberadaan foto-foto bersejarah yang menggambarkan proses pembangunan gereja dari awal, hingga kondisi Jakarta tempo dulu. “Museum ini tidak menutup diri dari masyarakat umum, mahasiswa ataupun pelajar boleh datang untuk mengunjungi museum,” kata Pengelola Museum Katedral Jakarta Eduardus Suwito.

Lebih lanjut ditambahkan relawan yang telah dua tahun bekerja sebagai Pengurus Museum Katedral Jakarta tersebut, dulunya gereja katedral belum memiliki museum. Namun atas kepedulian Romo Kurris SJ, terhadap benda-benda tua bersejarah, akhirnya 1988, Katedral Jakarta bisa membuat sebuah museum setelah mengumpulkan benda-benda bersejarah yang dulu letaknya terpisah-pisah.

“Waktu itu Romo Kurris SJ menunjukkan kepeduliannya terhadap benda-benda bersejarah gereja dengan mengumpulkan benda-benda milik gereja dan kemudian membuat museum,” ungkap laki-laki ramah yang biasa dipanggil dengan nama Edo tersebut.


Lukisan Penjahat Legendaris Kusni Kasdut

Keagungan dan keindahan bangunan Gereja Santa Maria Pelindung Diangkat Ke Surga atau yang lebih dikenal dikalangan masyarakat dengan nama Gereja Katedral Jakarta, di Jln Katedral no 7 ini, ternyata juga menggugah seseorang yang diwaktu hidupnya dikenal sebagai penjahat legendaris di Jakarta, Kusni Kasdut. Keagungan dan keindahan gereja katedral dituangkannya menjadi sebuah lukisan yang indah dan sekarang lukisan tersebut bisa dilihat dan dinikmati di Museum Katedral Jakarta.

Tercatat, Kusni Kasdut dihukum mati dengan cara ditembak mati karena kejahatan yang telah dilakukannya. Dalam keterasingannya di penjara dan jauh dari orang-orang yang dicintai, ternyata sisi agamis Kusni Kasdut tumbuh semakin dalam. Apalagi ketika di penjara dan sebelum dieksekusi mati, Kusni Kasdut sempat berkenalan dengan seorang pemuka agama katolik.

Setelah berkenalan dengan pemuka agama tersebut, Kusni Kasdut akhirnya memutuskan untuk menjadi pengikut setia. Hingga penjahat yang cukup ditakuti di Jakarta pada era 1960 hingga 1970 dan dituduh pernah merampok emas di sebuah museum ini, dihukum mati 16 Februari 1980, Kusni Kasdut dibabtis sebagai pemeluk katolik dengan nama Ignatius Kusni Kasdut.

Disaat-saat menunggu hari eksekusi matinya, Kusni Kasdut menuangkan rasa cintanya terhadap agama yang telah dianutnya, dengan menuangkannya dalam sebuah lukisan yang terbuat dari gedebok pohon pisang. Dalam lukisan tersebut, tergambar dengan rinci sebuah gambar katedral lengkap dengan menara dan arsitektur bangunannya yang unik. “Setelah lukisan gedebok pisang itu jadi, sebagai tanda terimakasihnya, Kusni Kasdut memberikan lukisannya itu kepada Gereja Katedral Jakarta. Beberapa hari setelah itu Kusni Kasdut ditembak mati,” kata Pengurus Museum Katedral Jakarta, Eduardus Suwito.

Selain lukisan karya Kusni Kasdut, di dalam museum yang terletak di lantai dua gereja dan memutari altar tersebut, juga terdapat benda-benda bersejarah dan memiliki makna tersendiri bagi perkembangan gereja katolik di Indonesia. Benda-benda itu antara lain adalah, sebuah benda terbuat dari emas murni yang dikenal dengan nama Monstrans bercorak barok. “Monstran dengan emas murni ini dibuat di kota Roermond, Belanda sekitar tahun 1700, dulunya digunakan untuk upacara keagamaan katolik,” terang Edo.

Koleksi-koleksi Museum Katedral Jakarta yang tidak kalah menarik dan bisa disaksikan langsung adalah keberadaan sebuah perahu. Perahu dayung ini dilengkapi pula dengan patung Pastor Bonneke SJ, yang tenggelam di Flores lebih dari 200 tahun lalu. “Pastor Bonneke SJ adalah salah satu pembawa ajaran katolik di Indonesia Timur, sebelum akhirnya meninggal karena tenggelam dengan kapal kecilnya,” ungkap pria kelahiran Jakarta tersebut. (bernadette lilia nova)

Tidak ada komentar: