Sabtu, 09 Februari 2008

Djeladjah Kota Toea Djakarta III




Gereja Santa Maria De Fatima
Bukti Kerukunan Beragama Masa Lalu


Perjalanan belum berakhir hingga di Jln Patekoan atau sekarang terkenal dengan sebutan Jln Perniagaan. Namun perjalanan masih berlanjut hingga memasuki kawasan, Jln Kemenangan. Tidak banyak yang tahu, jika di jalan ini terdapat sebuah gereja katholik yang memiliki arsitektur unik, yaitu gereja dengan ornamen Cina.


Begitu melihat arsitektur gereja ini, pastilah peserta langsung mengerti mengapa mereka diajak untuk mengunjungi gereja ini. Dari segi gaya arsitektur gereja ini sangat khas dan mungkin satu-satunya di Indonesia. Gereja ini dibangun dalam bentuk gedung besar kediaman seorang pejabat Tionghoa, dengan bentuk atap ian-boe heng (ekor wallet) serta dikawal sepasang shi shi (singa batu). Tak banyak yang diketahui mengenai pemiliknya yang pertama kecuali ia seorang berpangkat Luitenant derc hineezen dan bermarga Tjioe.


Salah satu keistimewaan gedung ini adalah adanya inskripsi dalam aksara Tionghoa. Di bagian bubungan atap tertera daerah asal pemiliknya yang terdahulu yaitu kabupaten Nan An, keresidenan Quanzhou, propinsi Fujian. Inskripsi lain juga di bagian bubungan atap yaitu fu shou, kang, ning yang artinya rezeki, umur panjang, kesehatan dan ketentraman.




Di bawah pengelolaan gereja, bangunan ini tampak sangat terpelihara baik tanpa menghilangkan keasliannya. Sebuah sketsel berwarna merah dan emas dipasang di depan pintu utama gereja, berfungsi menghalangi pandangan luar langsung masuk ke dalam. “Tahun 1950-an, gereja ini adalah kediaman para pastur. Namun seiring berlalunya waktu dan semakin banyaknya umat Katholik di komplek ini, akhirnya gereja yang semula rumah tinggal ini menjadi tempat beribadat resmi umat Katholik,” kata Seksi Liturgi Gereja Santa Maria De Fatima Frans Gunawan.


Memasuki halaman gereja ini, suasana keagamaan terasa kental, di sebelah kanan bangunan gereja, terdapat sebuah tempat berdoa umat Katholik, yang menggambarkan Bunda Maria, dengan hiasan batu-batu alam yang ditata sedemikian rupa. Apalagi ketika rombongan sampai dilokasi ini, sedang berlangsung Misa minggu di dalam gereja.


Berbeda dengan arsitektur gereja atau katedral yang digunakan umat Katholik beribadah, yang lebih mengarah pada arsitektur bergaya Eropa, perpaduan antara arsitektur Cina terasa membuat gereja ini terasa semakin menarik. Di dalam gereja juga demikian. Meja persembahan atau altar, tempat imam memimpin Misa, juga kental dengan ornaman-ornamen Cina, seperti ukiran-ukiran Cina yang khas dan warna-warna merah yang mendominasi. “Sebagai cagar budaya, kita tetap berusaha menjaga Gereja Santa Maria De Fatima tetap berdiri dengan wujudnya yang asli. Karena memang itulah yang menjadi ciri khas,” kata Frans menerangkan.

Tercatat dalam sejarahnya, Gereja Santa Maria De Fatima ini dimiliki oleh seorang Kapiten Cina dari marga Tjioe, yang difungsikan untuk kediaman. Namun seiring dengan berlalunya waktu, bangunan ini dibeli oleh rohaniawan yang menjadi pengelola bangunan ini hingga sekarang. (bernadette lilia nova)

Tidak ada komentar: