Sabtu, 09 Februari 2008

Djeladjah Kota Toea Djakarta II


Sekolah Tiong Hoa Hwee Kuan

Perjalanan rombongan belum berakhir, walaupun udara siang mulai terasa gerah, dan keringat mengalir. Namun perjalanan masih tetap dilanjutkan mengunjungi beberapa situs bersejarah lainnya. Yang tidak kalah menarik adalah keberadaan sebuah sekolah yang dikenal dengan nama Sekolah Tiong Hoa Hwee Kuan.

Letak sekolah ini, hanya beberapa ratus meter dari rumah kediaman Keluarga Souw. Di kalangan remaja dikawasan ini, gedung Tiong Hoa Hwee Kuan dikenal dengan nama SMA Negeri 19 Jakarta. Atau dikenal juga dengan sebutan cap-kau yang artinya 19. Sangat kontras dengan bentuk bangunan kuno lainnya, yang mayoritas berwarna gelap dan dibangun berdasarkan bentuk tradisional Cina, tidak demikian dengan bangunan sekolah yang diyakini menjadi tempat berdirinya organisasi Tionghoa modern di kota Batavia, 17 Maret 1900 lalu.

Jika bangunan tradisional berupa rumah-rumah tradisional masyarakat Cina kental dengan ornaman Cina dengan atap ekor wallet, tidak demikian dengan sekolah ini. Bangunan terlihat cukup kokoh dengan desain kotak bertingkat. Warnanyapun dibuat kontras dengan warna hijau tua.
Layaknya sekolah umum lainnya, sekolah ini juga ramai oleh remaja-remaja yang sedang melakukan aktivitas minggu mereka, termasuk baris berbaris di halaman gedung. “Bangunan ini sangat bersejarah, karena di tempat inilah organisasi pertama yang modern untuk warga Cina dimulai,” kata Kartum.

Berdirinya sekolah ini, merupakan bentuk ketidakpuasan masyarakat Cina waktu itu, yang menganggap pemerintah kolonial Belanda tidak adil, karena tidak memberikan kesempatan kepada anak-anak Cina untuk mengenyam pendidikan di Batavia.

“Sekolah ini juga merupakan sekolah anak-anak Cina pertama yang menggunakan bahasa Belanda. Gedung ini menjadi saksi yang sangat nyata tentang keinginan masyarakat Cina dalam mendidik anak-anak mereka,” tambahnya. (bernadette lilia nova)

Tidak ada komentar: