Selasa, 05 Agustus 2008

Kerukunan Beragama Pura Lingsar

Di Jakarta simbol kerukunan beragama bisa ditemukan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Kerukunan beragama juga bisa dilihat diantara Istiqlal dengan Katedral Jakarta yang terletak berhadap-hadapan. Kerukunan beragama ternyata sudah dilakukan masyarakat Indonesia sejak ratusan tahun lalu. Buktinya bisa dilihat di Pura Lingsar yang terletak di Desa Lingsar, Lombok Barat.

Pura Lingsar adalah pura tertua di Lombok, yang dibangun 1759 lalu oleh Raja Kerajaan Karangasem, Anak Agung Ngurah. Untuk memasuki pura yang menjadi simbul kerukunan dua agama, Islam Sasak dan Hindu Bali ini, pengunjung harus melewati dua gerbang utama. Gerbang berukir dengan patung barong yang menjadi pengawal, memiliki anak tangga yang unik. Jika hendak masuk, anak tangga di gerbang puri berjumlah tiga. Sedangkan anak tangga dibagian dalam berjumlah lima.

Jumlah anak tangga tersebut ternyata memiliki cerita tersendiri, dulunya masyarakat Islam Sasak mayoritas meyakini Islam waktu telu (shalat hanya tiga kali sehari), namun seiring banyaknya ulama yang masuk ke Lombok, Islam waktu telu mulai bergeser menjadi menjalankan shalat lima kali sehari. Itu dilambangkan dengan tangga dibagian dalam gerbang menuju pura utama.

Di dalam pura ini terdapat dua bangunan utama, dibagian tanah yang paling tinggi, dibangunlah puri untuk Hindu sedangkan disampingnya berdiri pula bangunan untuk Islam. Sedangkan di taman bagian bawah pada waktu purnama para peziarah melakukan pesta perang-perangan saling melempar ketupat antara Hindu dan Islam, atau terkenal dengan perang kupat.

“Pura hanya ada di Lombok Barat, itu karena Lombok pernah kalah perang dengan Bali. Daerah pertama yang takluk itu adalah Lombok Barat, akhirnya dibagian baratlah pura bisa ditemukan,” kata penduduk setempat yang juga merangkap sebagai pemandu Sahyan.

Jika para pengunjung beruntung, mereka bisa melihat langsung penganut Islam berdoa atau mengadakan upacara syukuran. Sedangkan bagi mereka yang menyukai memancing, pura ini juga menyediakan sebuah kolam yang merupakan miniatur danau di Gunung Rinjani dengan sembilan pancuran disampingnya. “Ada pula kolam kemali atau kolam keramat yang berisi sejenis moa atau belut berkuping dengan panjang 1,5 meter. Jika melihat ikan tersebut, semua permintaan akan terkabul,” terang Sahyan lagi.

Ditambahkan Sahyan, tidak semua orang beruntung bisa melihat ikan yang ada di dalam kolam. Bahkan di lokasi yang sama disediakan pula telur rebus untuk dimasukkan ke dalam kolam untuk memancing agar ikan tersebut keluar dan menampakkan wujudnya. “Pernah ada yang melihat ikan tersebut, beberapa minggu kemudian langsung mendapatkan istri,” kata dia.

Bagi pengunjung yang tidak ingin membeli telur rebus, bisa pula melemparkan koin dan memohon apapun di depan kolam. “Jika koin tersebut masuk ke dalam kolam berarti permintaannya akan terkabul,” ungkapnya. (bernadette lilia nova)

Tidak ada komentar: