Sabtu, 09 Agustus 2008

Berlayar Di Negeri Pelaut I

Sail Indonesia 2008

Diikuti oleh 120 kapal layar dari 15 negara, Sail Indonesia 2008 berlayar dari Darwin, Australia untuk mengunjungi 12 daerah di nusantara.

Matahari bersinar cerah, angin yang ramah bertiup semilir di sepanjang Pantai Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Keceriaan suasana sepanjang garis pantai dengan nelayan yang sibuk membersihkan perahu dan memunguti ikan-ikan hasil tangkapan semakin terasa dengan puluhan umbul-umbul dan spanduk aneka warna. Keceriaan itu semakin bertambah dengan teriakan dan tawa lepas anak-anak yang tengah bermain bola di pantai berpasir atau berenang, bercanda dengan ombak.


Pantai Kupang atau masyarakat setempat menyebutnya dengan Pantai Laut, siang itu semakin semarak dengan kedatangan 120 kapal layar dari Darwin, Australia yang membawa lebih kurang 300 pelaut yang tergabung dalam acara bertema Sail Indonesia 2008 ke 8.


Kapal-kapal layar bertiang tinggi yang membuang sauh 200 meter dari pinggir pantai menjadi tontonan menarik bagi warga. Mereka berduyun-duyun datang ke pinggir pantai untuk menyaksikan kedatangan kapal-kapal mahal seharga lebih dari delapan milyar tersebut.


Sail Indonesia 2008 yang berlangsung atas kerjasama Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Debudpar RI) dan Yayasan Cinta Bahari tersebut rencananya akan mengunjungi 12 white point atau titik-titik bersandar seperti, Kupang sebagai titik sandar pertama, Alur, Lembata, Ende, Labuan Bajo, Mataram, Bali, Makassar, Karimun Jawa, Kumai, Belitung dan terakhir adalah Batam.


Keramahan masyarakat Kupang menyambut para tamu yang datang mengunjungi daerah mereka ditunjukkan dengan menggelar acara penyambutan khusus bertajuk Festival Pantai Kupang ke tiga yang dilangsungkan di pinggir pantai, berhadapan langsung dengan kapal-kapal layar yang tengah bersandar. Sebuah panggung, menjadi pusat kemeriahan festival, menggelar berbagai kegiatan seni, musik dan tari tradisional.


"Dengan adanya Sail Indonesia ke 8 ini, kita berharap masyarakat lebih terbuka untuk menerima kujungan wisatawan mancanegara dengan ramah dan lebih menjaga kebersihan pantai," kata Walikota Kupang Daniel Adow.


Kedatangan para pelayar dari 15 negara ke Kupang menurut Daniel cukup memberikan nilai tambah bagi Kota Kupang, karena bisa mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara ke Kupang, kota yang dijuluki dengan Kota Kasih.


Kemeriahan Sail Indonesia 2008 ternyata tidak saja memberikan keceriaan bagi masyarakat di pinggir pantai. Namun juga memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat yang membuka stan-stan kerajinan tangan. Mulai dari kaligrafi, asesoris unik seperti kalung berliontin komodo kecil, hingga topeng-topeng hias bisa dibeli di lokasi yang sama. "Memang setiap kali Sail Indonesia dilangsungkan, pelayar yang datang biasanya datang ke hotel saya," kata pemilik Eddy Hotel di Pantai Kupang Teddy Tanonef.


Tercatat Sail Indonesia 2008, bertujuan untuk mengenalkan wisata bahari Indonesia dimata dunia internasional dan para pelaut sekaligus bisa memetakan titik-titik aman dan strategis di Indonesia, yang bisa dijadikan tempat berlabuh, jika berlayar di Samudra Indonesia. "Dibandingkan Malaysia dan Singapura, regulasi pelayaran Indonesialah yang paling rumit," kata Dewan Pengurus Yayasan Cinta Bahari Raymond T Lesmana.


Ditambahkan Raymond, walaupun Indonesia memiliki laut terluas, namun belum ada satupun titik-titik sandar kapal yang bisa disinggahi oleh perahu-perahu berkelas internasional, karena kurangnya informasi yang didapat. "Dengan adanya Sail Indonesia 2008 ini, kita yakin informasi tentang titik singgah atau white point akan tersebar di dunia internasional. Sehingga kapal-kapal dari berbagai dunia bisa datang langsung ke Kupang," tambah Raymond.


Diterangkan Raymond, syarat-syarat sebuah daerah bisa dijadikan sebagai titik singgah kapal adalah bisa menyediakan semua kebutuhan pelaut dengan kapal layarnya. Mulai dari kondisi laut, kemampuan menyediakan suplay dan kebutuhan pelayar, hingga SDM suatu daerah. "Ini pelaut baru turun dari kapal saja sudah dikenakan berbagai macam aturan. Bahkan untuk meminta paspor mereka kembali, dikenai dana dengan harga bervariasi, mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 130 ribu. Bagaimana wisata di negeri ini bisa maju dan berkembang," kata Raymond. (bernadette lilia nova)

Tidak ada komentar: