Minggu, 12 Agustus 2007

Eksotisme Pulau Biawak III

Menyelam Bersama BDC

Keindahan pulau biawak, tidak akan lengkap terasakan, jika hanya menikmati hembusan angin, atau berjalan kaki mengelilingi pulau. Keindahan itu baru terasa lengkap dengan mengarungi kedalaman laut atau menyegarkan pikiran dengan snorkling, sambil menyaksikan beraneka macam ikan laut berenang dikedalaman.

Tiga fasilitas meyelam yang sebelumnya dibawa dari Indramayu, menjadi fasilitas yang layak untuk dicoba. Setelah berganti pakaian, dan mengenakan pakaian selam, instruktur selam yang mengenalkan diri dengan nama Sherly Fernandez,. Instruktur selam dari Biawak Diving Club (BDC), yang bermarkas di Indramayu. Sebelum menyelam, Sherly memberikan pengarahan kepada peserta selam, tentang bagaimana cara menyelam, dan apa saja yang harus diikuti oleh peserta selam, ketika berada di kedalaman laut.

“Sebenarnya untuk menyelam, setiap orang siapapun itu, wajib memiliki surat izin atau lisensi internasional ataupun lisensi nasional. Bagi mereka yang belum memiliki surat izin tersebut, sebenarnya tidak diizinkan menyelam. Namun kali ini saya sudah dapat izin untuk menyelam bersama pengunjung pulau,” kata Sherly Fernandez menerangkan.

Berbeda dengan para jurnalis lainnya, yang masih sibuk mengabadikan keindahan daratan Pulau Biawak, Sindo mulai mencoba melakukan pemanasan untuk menyelam dengan snorkling. Air yang bening dan sejuk, membuat snorkling ditempat ini terasa nyaman. Tanpa gangguan dari sampah atau ceceran oli bekas kapal, seperti yang sering ditemui di laut kota besar. Pemandangan dasar laut dengan snorkling saja sudah terasa menggetarkan, apalagi ketika menyaksikan keberagaman karang dan solf coral yang bergerak lembut, mengikuti arus air dengan clown fish atau ikan-ikan Nemo dengan dua anak-anaknya yang masih kecil, bergerak takut-takut menatap benda asing besar di depannya.

Setelah dua jam melakukan snorkling, peralatan selampun mulai diturunkan. Tabung ogsigen dan pemberat segera dipasang. Setelah semua peralatan terpasang, termasuk sepasang fin atau kaki katak dikenakan, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan mundur menuju ke tengah laut. Maklum dengan fin yang terpasang di kaki, tidak memungkinkan penyelam berjalan dengan menghadap ke depan. Setelah berjalan mundur kira-kira 15 menit, dan laut sudah memperlihatkan batas garis pantai yang dangkal, kedalaman laut diarel ini terasa mengagetkan. Karena dibatasan garis pantai, laut langsung mencapai kedalaman yang tidak bisa ditebak. Dan penyelamanpun dimulai.

Tidak terdengar apa-apa dikedalaman, kecuali suara aliran nafas yang keluar melalui tabung oksigen yang terpasang di mulut, walaupun keheningan terasa menggetarkan, namun pemandangan bawah laut Pulau Biawak, dengan karang besar berbentuk kubah masjid, hingga rumput-rumput laut dan berbagai jenis ikan yang berenang lalu-lalang, menjadi keindahan tersendiri, yang memberikan kesan sendiri. Hampir 15 menit menyelam, ditengah keindahan pesona bawah laut, mendadak instruktur selam kami, menunjuk kesuatu arah, ternyata diantara keindahan koral-koral lembut, keluarga Clown Fish atau si ikan badut, tengah mengamati takut-takut.

Kelucuan dikedalaman laut, semakin menarik ketika ikan badut yang terkenal dengan filmnya Finding Nemo, berani mendekati penyelam ketika para penyelam berdiam diri tanpa bergerak. Tapi ketika penyelam bergerak, Nemo kembali kesarang dan mengintip dari balik solf coral yang mejadi sarangnya. (bernadette lilia nova)

Tidak ada komentar: