Jumat, 03 September 2010

Gerimis Dan Hujan

Gerimis Dan Hujan
Saya sebut saja mereka Gerimis dan Hujan, keduanya sama-sama menyegarkan dan mendamaikan. Mendinginkan panas atau melembabkan yang kering. Tanpa Gerimis, Hujan akan kalang kabut. Tanpa Hujan, Gerimis yang kehilangan.


Gerimis….

Kedatangannya selalu berupa sosok kecil yang lucu. Dia bisa datang kapan saja dengan
kaki-kakinya yang ramping dan panjang. Walau sedang terik sekalipun, dia bisa datang sesuai keinginannya tanpa pemberitahuan. Kehadirannya tidak selalu ditandai dengan petir, mendung yang menggulung atau angin kencang yang bertiup. Gerimis menciptakan romantisme Pun membuat pejalan kaki merasa melankolis ketika menyusuri setapak kota yang berkarat.

Pernah suatu senja, Gerimis datang pada saya dan bertanya, “Hendak kemana kita?”
Saya tersenyum dan menjawab, “Kita menunggu Hujan.”

Hujan….

Sosoknya teramat seksi dengan rambut terurai kecoklatan. Banyak orang memujanya, berharap kedatangannya. Jika Hujan datang dengan hati dipenuhi kehangatan, curahnya akan menyegarkan, menumbuhkan biji-bijian dan menghidupkan satwa yang berlari dipangkuan ibu bumi.
Jika hatinya dipenuhi kegalauan, jangan main-main dengan Hujan. Datangnya akan merobohkan dan menenggelamkan ibu bumi sekalipun. Hujan datang tanpa basa-basi.

Suatu senja yang berbeda, Hujan datang kepada saya dan bertanya, “Hendak kemana kita?”
Saya tersenyum dan menjawab, “Kita menunggu Gerimis.”
(Catatan dari dua kawan; dua karakter dan dua kebiasaan)

Tidak ada komentar: