Rabu, 07 Mei 2008

Papua II

Tarian Perang dalam Damai

MENGUNYAH pinang bercampur sirih adalah tradisi yang mendarah daging dalam masyarakat Papua. Tidak heran bila sepanjang jalan di Jayapura, dengan mudah ditemukan penjual pinang muda, juga noda merah bekas pinang dikunyah di sepanjang jalan, bahkan di hampir semua tempat. Seperti halnya mengunyah pinang, masyarakat Papua juga memiliki tradisi penyambutan tamu.

Prosesi penyambutan tamu diperlihatkan dengan tarian yang terkenal dengan nama Tarian Tobe atau tarian perang. Tarian perang yang sekarang menjadi tari resmi penyambutan tamu dibawakan oleh Kelompok Wake Sembekera dari Daerah Nafri.

Ditarikan oleh 16 laki-laki dan dua penari perempuan, mereka menari dengan iringan tifa dan lantunan lagu-lagu perang pembangkit semangat. Panas mentari Papua yang menyengat tidak memudarkan semangat mereka untuk terus menari dan menabuh alat musik pukul yang menjadi ikon Papua tersebut.


“Biasanya tarian perang kami bawakan ketika kepala suku memerintahkan kita untuk berperang. Dengan tari ini, kami mengobarkan semangat prajurit,” kata Pemimpin Kelompok Tari Wake Sembekera Agustinus Taniau.

Mengenakan busana tradisional, dengan manik-manik penghias dada, rok terbuat dari akar bahar, dan daun-daun yang disisipkan pada tubuh, menjadi bukti kecintaan masyarakat Papua pada alam. “Karena sekarang sudah tidak ada perang, jadi tarian perang kami bawakan untuk menyambut tamu, termasuk dalam pesta pantai seperti ini,” tutur Agustinus dengan logat Papuanya yang unik. (bernadette lilia nova)

Tidak ada komentar: