Selasa, 04 September 2018

Bunga Rumput

 Bunga Rumput

Matahari teramat terik. Panasnya membakar bumi. Enzi kecil datang kepadaku dengan keringat bercucuran di dahi. "Ini buat Mama," katanya dengan mata berbinar. 

     Di tangannya tergenggam setangkai bunga rumput.  Aku terpana tak bisa berkata apa-apa. 

"Terima kasih Nak," ujarku dekat ke hatinya.

     Kemudian dia berlalu meninggalkan aku yang masih terpana, tapi dengan setangkai bunga rumput yang mekar di hati dan jiwa.
#DariCatatanYangTerselip

..................


...................
Dia Cemburu

Rintik hujan yang datang ke jendela sepagi tadi, mebuat jiwa melayang.. "Ya... Saya mabuk kepayang." Sosoknya nan eksotis membuat saya tak bisa lupa.       "Hai kawan... Kau lupa padaku?" suara yang tak asing datang tiba-tiba. "Ah.. Matahari rupanya." Wajahnya memerah tanda marah. Saya peluk dia sepenuh cinta. "Seperti hujan, begitu pula cinta saya padamu," bisik saya meredakan amarahnya.
    Dia pergi, namun sekilas saya melihat senyumnya merekah tak kalah indah.


1/9-2018
................
Buat Kawan

Dan... Semburat merah saga hadir di cakrawala penanda senja akan tiba. Dan kau kawan, mengapa pintumu masih belum terbuka?
     Apakah merah saga senja tak lagi berarti bagimu? Ataukah senyum dari rumput-rumput tak lagi menggelitik hatimu?
     Kau boleh saja gundah kawan. Kau boleh bermuramdurja. Tapi datanglah padaku, kita hirup bersama nestapa itu, berteman secangkir kopi penutup hari.

                                Minggu 2/9-2018

#catatanbuatkawandansemburatmerahsagadicakrawala.

....................



Tidak ada komentar: