Proses awal menurut Yermias, daun lontar dijemur selama tiga jam, setelah itu baru dirangkai melengkung. Setelah lengkunngan lontar rampung, tabung bambu yang telah dilengkapi dengan 11 senar dipasangkan. "Senar pada sasandu ditemukan oleh Lungilain dan Baloamin dari Pulau Rote abad 17. Sejak itulah sasandu dimainkan," kata Yermias.
Seiring dengan perkembangannya, sasandu menurut perajin sekaligus seniman sasandu yang pernah diundang ke istana negara oleh Presiden SBY, mengatakan bahwa sasandu, memiliki kidung tersendiri yaitu kidung cinta dan kidung kematian Kidung cinta yang biasa dilantunkan berjudul Batu Matia. "Batu Matia memiliki makna cinta yang sekokoh batu karang, sehingga tidak mudah terpisahkan," katanya.
Kidung Cinta Batu Matia juga dijadikan sebagai pengiring ketika sepasang kekasih tengah duduk dipelaminan dan selalu diiringi dengan petikan-petikan merdu sasandu kebanggaan NTT yang juga kebanggaan Indonesia, karena itu, mengunjungi Kupang belum lengkap rasanya jika belum menikmati petikan sasandu yang mendendangkan kidung cinta langsung dari vokal senimannya.
Selain memanjakan pengunjung yang ingin menyaksikan langsung proses pembuatan sasandu, Yermias juga membuat aneka kerajinan tangan lainnya bersama tiga karyawannya. Bahkan sasandu yang biasanya sulit dibawa karena ukurannya yang besar, di tangan Yermias bisa menjadi mudah. Jika sasandu ingin dibawa keluar pulau atau luar negeri, Yermias membuat sasandu yang daun lontarnya bisa dilipat. Sehingga tidak rusak ketika sampai di lokasi.
“Kita juga membuat sasandu ukuran kecil untuk gantungan kunci. Sansandu ukuran ini telah dipesan ribuan mulai dari souvenir perkawinan hingga buah tangan biasa,” katanya. Jadi mengunjungi Kupang, menikmati kidung cinta sasandu akan membuat banyak orang tidak bisa lupa daerah ini. (bernadette lilia nova)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar