Jumat, 01 Agustus 2008

Semarak Festival Senggigi 2008 I

Selain menyajikan atraksi budaya yang memikat, Festival Senggigi 2008 menjadi salah satu pemikat turis untuk datang ke Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Jarum jam tepat menunjukkan angka 09.00 di Lombok, ketika rombongan dari Departemen Pariwisata dan Kebudayaan Direktorat Promosi Dalam Negeri (Debudpar), menginjakkan kaki di Bandar Udara Selaparang. Nuansa budaya terasa kental, apalagi ketika berada di jalan-jalan dalam kota, suasana tradisi dari rumah tradisional dengan atap melengkung menjadi penghias utama sepanjang jalan yang dilalui.


Suasana semarak semakin terasa, apalagi ketika ratusan masyarakat propinsi yang dikenal dengan kota seribu masjid tersebut menghadiri Festival Senggigi 2008 yang dilangsungkan disepanjang Jalan Raya Senggingi. Dalam rangka menyemarakkan program Visit Indonesia 2008, dimana Pulau Lombok terpilih menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia.

Angin laut yang bertiup semilir, deru ombak dan matahari yang bersahabat, mengiringi dibukanya Festival Senggigi 2008 dengan tema Lombok The Island of a Culture oleh Dirjen Pemasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, Dr Sapta Nirwandar yang ditandai dengan pemukulan kentongan.

Antusiasme masyarakat Lombok dan kecintaan terhadap tradisi, ditunjukkan dengan memadati trotoar-trotoar jalan di sepanjang Pantai Senggigi yang semakin memesona dengan birunya laut yang menghampar sejauh mata memandang.


Festival yang diikuti oleh 15 kecamatan di Lombok ini, juga mendapat antusias dari ratusan wisatawan mancanegara yang bergabung bersama masyarakat Lombok untuk memeriahkan perhelatan tahunan tersebut.

Antusiasme wisatawan mancanegara juga ditandai dengan semangat mereka untuk berdiri dibarisan paling depan, bahkan ikut berdesakan dengan masyarakat lokal dan jurnalis untuk mengabadikan festival yang telah dilakukan sejak delapan tahun lalu. Festival Senggigi 2008 semakin meriah dengan berbagai atraksi budaya yang dibawakan oleh masing-masing kecamatan dan melibatkan lebih kurang 300 seniman di Lombok dan juga seniman peserta dari Banyuwangi, Aceh dan Bali.

Dari serangkaian acara, puncak kemeriahan festival ditandai dengan acara Njenengan. Njenengan adalah upacara pengukuhan jabatan seorang pejabat baru dengan sistem adat, setelah dilantik secara resmi oleh pemerintah. Prosesi Njenengan sudah tidak pernah dilakukan lagi sejak tahun 60-an dan termasuk salah satu tradisi yang mulai dilupakan dan luntur dari ingatan masyarakat Lombok.

"Festival kali ini memang sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini kita mencoba membangkitkan kembali tradisi yang sudah mulai dilupakan masyarakat, yaitu Njenengan," kata Wakil Ketua Panitia Festival Senggigi 2008 Lalu Suhaemie.

Acara Njenengan menurut pelaku budaya di Lombok ini, dulunya selalu dilakukan setiap ada pejabat baru yang dilantik. Namun sayangnya kearifan lokal tersebut tergeser oleh perubahan zaman. Acara Njenengan diawali dengan prosesi mengantarkan pejabat yang baru dilantik kepada tetua adat untuk di sahkan jabatannya dengan upacara adat dan disaksikan oleh seluruh masyarakat desa.


Njenengan diawali dengan perarakan pejabat bersama anggota keluarganya. Setelah itu diberikan kepada dewan adat untuk dinobatkan. Dewan adat akan mengesahkan penobatan itu dengan memberikan umbak atau gendongan kain dengan 225 keping uang logam. "225 jika dijumlahkan menjadi sembilan, itulah jumlah anggota tubuh manusia yang harus dipertanggungjawabkan. Itu juga melambangkan keberanian mengangkat beban dan mempertanggung jawabkannya," terang Lalu.

Banyak nilai filosofis bisa dimbil dari acara Njenengan yang dilangsungkan, dari asesoris yang dikenakan, semua memiliki makna dan artinya masing-masing. Seperti keris yang dinamakan genggaman, menjadi isyarat bahwa memimpin rakyat tidak selalu dengan kekerasan. "Keris diibaratkan sebagai pedoman untuk menjaga kepribadian," ujur Lulu.

Ditambahkan Lalu, upacara Njenengan dilakukan dengan perayaan yang rumit. Misalnya dengan mendudukkan pejabat yang baru di atas beruga. Beruga adalah tempat duduk bertiang empat terbuat dari Pohon Turi dan dikelilingkan sebanyak tujuh kali. Semakin tinggi jabatan yang diupacarakan, semakin mewah beruga tempat duduknya. "Karena kita hanya ingin menyegarkan ingatan masyarakat terlebih dahulu, jadi upacara kita buat seperti pawai tanpa beruga," ujarnya.

Selain Njenengan iring-iringan tradisi dari 15 kecamatan di Lombok juga semakin meriah dengan tampilnya tari Mojong yang terkenal karena sudah sangat tua dan telah ditarikan sejak Belanda masih bercokol di Indonesia. Ada juga Periseian yang merupakan latihan perang antara dua prejurit dengan menggunakan tameng dan rotan untuk memukul lawan. "Sejauh ini Festival Senggigi selalu mengalami peningkatan. Namun yang sedikit disayangkan kurang teraturnya acara," kata Sapta Nirwandar.

Festival Senggigi 2008 ternyata bukan hanya menampilkan acara-acara kesenian tradisional semata. Namun juga menjadikan peluang bisnis yang bagus bagi pebisnis handicraft. Pameran karya unggulan tersebut dilangsungkan di Senggigi Square yang masih berada di Jalan Senggigi.

Berbagai karya hasil kreatifitas masyarakat, mulai dari ukiran, tenun hingga bagaimana menganyam rotan menjadi sebuah tas bisa ditemukan dalam pameran ini. Namun untuk harga yang ditawarkan tentu adalah harga pameran yang lebih mahal, dibandingkan dengan pasar-pasar seni yang banyak berada di pinggir-pinggir pantai. (bernadette lilia nova)

Tidak ada komentar: