Setelah seharian mengelilingi Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan matahari yang mulai tergelincir ke ufuk Barat, duduk dan menikmati keindahan pantai dan laut senja hari dengan semburat warna merah menjadi salah satu alternatif terbaik yang juga banyak dipilih oleh turis lokal ketika datang dan berkunjung ke daerah berpenduduk empat juta jiwa lebih ini.
Pantai favorit di Kupang itu bernama Pantai Lasiana, yang berjarak lebih kurang 11 kilometer dari arah Timur Kota Kupang. Untuk sampai di lokasi, jalanan yang dilalui akan sedikit berliku, namun keadaan itu akan segera terlupakan, ketika dari kejauhan birunya air laut yang membentang dan sesekali terlihat dari jalan raya, membuat semua rasa lelah hilang.
Semakin mendekati pantai, pengunjung akan melewati puluhan pohon lontar yang tengah berbuah. Masyarakat Kupang seperti juga masyarakat Pulau Rote sangat menghormati keberadaan pohon ini, dan pohon itu dianggap sebagai pohon kehidupan, karena dari daun, batang hingga akarnya bisa digunakan untuk membantu kehidupan masyarakat, itulah yang membuat pohon ini sangat dihormati.
Mendekati pantai, debur ombak akan terdengar, ombak itu pulalah yang membuat Pantai Lasiana mengalami abrasi. Jika dulu di awal tahun 1980-an Pantai Lasiana banyak dikunjungi turis asing dari Jerman, Australia, Inggris, dan Amerika Serikat. Sekarang, Pantai Lasiana hanya dikunjungi oleh turis lokal dan sesekali saja terlihat turis asing terlihat duduk menikmati senja di Lasiana. Itu semua karena pantai yang semakin sempit dan pasir yang semakin hilang tergerus arus.
Walaupun mengalami abrasi, namun Pantai Lasiana tetap hadir dengan pemandangan yang memikat, apalagi jika memandang jauh ke batas ufuk. Pantai dengan pasir putih tersebut menyuguhkan pemandangan yang benar-benar menakjubkan. Matahari berwarna kemerahan yang perlahan turun dan tenggelam di batas ufuk, tetap mampu memikat banyak orang untuk mampir dan menikmati keindahan itu. “Dulu Pantai Lasiana jauh lebih cantik dari pada sekarang. Walaupun demikian, yang membuat Lasiana unggul adalah mataharinya yang benar-benar hadir setiap senja di pantai ini,” kata salah satu warga sekitar pantai Frans Tano.
Selain menyaksikan matahari tenggelam dengan semua kemegahannya, Pantai Lasiana juga menyimpan pesona tersendiri. Permukaan pasirnya yang datar dengan kemiringan hanya sekitar 5 -10 persen, sangat cocok untuk bermain sepakbola pantai. Pasirnya putih bersih dan bercahaya ketika tertimpa cahaya matahari yang kemerahan.
Keunikan lainnya dari Pantai Lasiana adalah dasar lautnya yang berpasir, bukan lumpur, sebagaimana kebanyakan pantai di Pulau Timor. Sehingga airnya selalu jernih. Inilah yang membuat wisatawan paling suka mandi dan berenang di pantai ini.
Sebenarnya, jika pemerintah daerah cukup serius ingin kembali menjadikan Pantai Lasiana sebagai kawasan wisata yang sanggup mendatangkan devisa, aktivitas iris tuak oleh warga suku Rote dengan pohon lontar bisa dicontoh dan coba dikembangkan di Lasiana. Jadi selain keindahan matahari tenggelam, aktivitas di objek wisata juga menjadi daya tarik bagi turis agar datang. (bernadette lilia nova)
foto : bernadette lilia nova