Peri Bertato Kawanku
Bulan mengkerut baru muncul ketika dia datang. "Hai kawan.. Aku membaca catatanmu. Jadi aku datang," katanya riang.
"Mana kopi-ku...?" Dia mencari-cari hingga tato setengah dewa dilehernya tersingkap. "Jangan cemaskan aku. Aku bukan perempuan biasa," ucapnya.
Aku tertawa menatap optimismenya. Tak lama dia pamit, dan menyerahkan setumpuk buku. Dan tato baru di lengannya terlihat.
Ah.... Peri bertato kawanku.. hatimu seindah lekuk tato dikulitmu.
Ah.... Peri bertato kawanku.. hatimu seindah lekuk tato dikulitmu.
...............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar