Hukum Kawi-Kawi Gili Terawangan
Siang semakin terik, mataharipun tanpa segan-segan menumpahkan sinarnya yang panas kepermukaan laut yang bening. Puas menikmati dan menyaksikan proses budidaya kerang mutiara di Teluk Kodek, perjalanan siang itu dilanjutkan dengan menumpang sebuah boat yang terbuat dari fiberglass. Karena lebih ringan dari kapal yang terbuat dari kayu dan papan, kapal yang kami tumpangi melaju kencang memecah gelombang. Perlahan namun pasti, pinggir-pinggir pantai berlari menjauh, hingga 20 menit diatas boat, tidak terasa tepianpun tidak lagi terlihat.
Siang semakin terik, mataharipun tanpa segan-segan menumpahkan sinarnya yang panas kepermukaan laut yang bening. Puas menikmati dan menyaksikan proses budidaya kerang mutiara di Teluk Kodek, perjalanan siang itu dilanjutkan dengan menumpang sebuah boat yang terbuat dari fiberglass. Karena lebih ringan dari kapal yang terbuat dari kayu dan papan, kapal yang kami tumpangi melaju kencang memecah gelombang. Perlahan namun pasti, pinggir-pinggir pantai berlari menjauh, hingga 20 menit diatas boat, tidak terasa tepianpun tidak lagi terlihat.
Seiring dengan hilangnya bibir pantai dari pandangan dibelakang kapal, sebuah gili, begitu masyarakat Lombok menyebut sebuah pulau, terhampar di depan mata. Gili atau pulau itu ternyata bernama Gili Terawangan. Setelah berlabuh ditepian, perjalanan dilanjutkan dengan berkeliling pulau. Hampir sama dengan Bali, Gili Terawangan, ternyata bukan objek wisata yang asing bagi turis-turis mancanegara. Hal ini tentu saja bisa dilihat dengan banyaknya turis berjemur di pantai, ataupun banyaknya penginapan yang berdiri di pulau kecil ini.
Untuk mengelilingi pulau yang berpenduduk hampir 200 orang ini, bisa dilakukan dengan mengendarai sebuah andong atau orang Lombok menyebutnya dengan cidomo. Atau jika ingin menikmati kebebasan, pengunjung bisa pula menyewa sebuah sepeda pancal, untuk satu kali sewa, pengunjung dikenakan biaya sebesar Rp 30 ribu.
Perjalanan mengunjungi Gili Terawangan ini, tidak akan lengkap, tanpa terlebih dahulu merasakan kesejukan air laut dengan ombak dan pecahan buih di dalamnya. Selain diving, snorkeling ditempat ini, termasuk salah satu olahraga yang banyak digemari. Apalagi ketika Sindo mencoba snorkeling ditempat ini, selain harga sewa peralatan yang murah, yaitu Rp 10 ribu untuk kacamata dan kaki katak, keindahan terumbu karang dan ikan-ikan yang berenang dikedalaman, menjadi pemandangan menarik yang tidak henti-hentinya datang silih berganti.
Selain disuguhi oleh pemandangan bawah air yang asri dengan karang, dan ikan-ikan hias yang berkejaran, snorkeling ditempat ini, juga menjanjikan kejutan menarik. Kejutan menarik tersebut juga dialami Sindo, ketika hampir 15 menit snorkeling dipantai berair bening ini. Bagaimana tidak, belum terlalu jauh meninggalkan pantai, sambil terus berenang dan tidak henti-hentinya memuji keindahan bawah laut, seekor kura-kura berdiameter hampir satu meter, terlihat tengah makan menikmati rumput-rumput laut dikedalaman. Ketenangan sang kura-kura, semakin terasa menggoda, apalagi kedatangan makhluk asing berenang diatasnya, sama sekali tidak membuat kura-kura tersebut takut, untuk terus menghabiskan makanannya.
Berenang bersama kura-kura menjadi sensasi menyenangkan, namun perjalanan harus dilanjutkan untuk memasuki pulau kecil yang terbagi dalam lima wilayah tersebut, yaitu, daerah yang dinamakan Pila Ombak, Kape, Almare, Nusa Tiga dan Balikkanan Pulau kecil itu, semakin menggoda ketika mengetahui bahwa pulau ini memiliki peraturan adatnya sendiri. Dan kepatuhan masyarakat dalam menjalankan peraturan adat yang dikenal dengan nama Aturan Kawi-Kawi, tersebut, membuat jalanan di pulau kecil ini bersih tanpa ceceran kotoran kuda diatasnya, padahal di pulau kecil ini, terdapat lebih dari 100 andong.
“Salah satu peraturan adat yang tidak bisa diabaikan adalah, bagi pemilik andong yang menjatuhkan kotoran kudanya dijalanan, mereka akan didenda sesuai dengan aturan yang berlaku. Demikian pula kalau mereka melakukan perbuatan seperti mencuri atau berzina, mereka akan diarak keliling pulau sambil meneriakkan kalau mereka telah mencuri,” kata salah satu pemilik andong di Gili Terawangan, Junaidi.
Suasana di Gili Terawangan semakin menarik, apalagi ketika matahari mulai bergeser keufuk Barat. Cahayanya yang kemerahan, membuat pulau yang juga dikenal sebagai Bali kedua di Lombok ini, tenggelam dalam suasana nan romantis. Menikmati matahari tenggelam, rasanya semakin menarik dengan ditemani oleh secangkir kopi dan sepiring kentang goreng. (bernadette lilia nova)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar