Makam Batu Raja Sidabutar
Perjalanan belum berakhir hingga di Pelabuhan Wisata Tomok, Kecamatan Simarindo. Namun keramahan masyarakat Tomok yang mulai terbiasa dengan kedatangan turis mancanegara apalagi turis lokal, seakan mengundang rombongan untuk menjelajah lebih dalam memasuki desa kecil nan eksotis ini. Kedatangan turis lokal ini, kemudian dimanfaatkan masyarakat dengan menjual berbagai suvenir khas Batak, mulai dari kalender Batak, yang terdiri dari 12 batang bambu kecil-kecil yang disatukan dengan benang, dan cocok digantungkan di pintu ataupun didinding rumah hingga baju-baju kaos bertuliskan Danau Toba, yang ditawarkan dengan harga bervariasi.
menelusuri kawasan ini, nuansa tradisi terasa kental, apalagi ketika menyaksikan deretan-deretan bangunan toko dan ruko beratap segitiga menjulang, khas Batak yang tertata apik, sehingga membuat suasana belanja di tempat ini terasa nyaman. Di tempat ini, akhirnya SINDO harus terpisah dari rombogan, karena harus mencari baterai untuk kamera. Setelah menemukan baterai, ternyata rombongan sudah tidak terlihat. Dan akhirnya tersesat. Hingga masuk ke lokasi makam, yang terkenal dengan nama Makam Batu Raja Sidabutar.
Bertolak belakang sekali dengan pasar suvenir yang penuh dengan hiruk pikuk keramaian, kesunyian dan sepinya suasana terasa kental, nyaris tidak terdengar suara apapun. Di ujung jalan sebuah makam dengan warna merah kusam, berdiri anggun, seakan menyambut setiap pengunjung yang datang ke tempat ini. Suasana semakin terasa sepi, ketika menyaksikan disebelah kanan makam, berderet 22 patung penjaga dan 11 patung disebelah kiri makam, seakan menjaga makam terhormat itu dari gangguan, tangan-tangan usil yang ingin menjamahnya.
Seakan melambangkan keperkasaan seorang raja, makam berukiran patung kepala manusia berukuran besar dibagian depan dan patung seorang wanita dibagian belakangnya ini, juga dilengkapi dengan patung dua ekor gajah, yang seakan siap menjaga tuannya. Makam ini semakin unik dengan tambahan asesoris meja makan dan kursi makan yang semuanya terbuat dari kayu. Lumut-lumut dan warna batu yang mulai menghitam, seakan menjadi saksi bisu waktu yang berlalu dilewati makam ini di tengah kesunyian.
Tidak sampai disitu saja, suasana terasa semakin sakral, ketika menyaksikan dilokasi yang sama, berdiri sebuah pondok beratapkan seng, dan dua buah patung sigale-gale berdiri kokoh di dalamnya. Di depan patung si gale-gale ini, dibangun deretan-deretan bangku tempat duduk, sebagai tempat berlangsungnya upacara tradisional yang dilambangkan dengan tarian si gale-gale.
“Kami tidak tahu sejak kapan makam itu ada disana, tapi menurut keterangan orang-orang tua di Tomok, makam itu adalah Makam Raja Sidabutar, kami termasuk keturunan beliau,” kata wanita yang mengaku bernama Boru Sinaga, ditemui ketika akan meninggalkan makam itu.
Lebih lanjut diterangkan wanita paro baya bernama Boru Sinaga tersebut, deretan patung-patung kecil yang seakan mengelilingi makam, dengan posisi tangan berbeda-beda, ada yang menyembah layaknya berdoa, hingga ada yang mengepalkan tangan, melambangkan prajurit pengiring sang raja. “Makam itu adalah makam terkenal dari Tomok, selain desainnya yang terbuat dari batu utuh, makam itu juga dilengkapi dengan sebuah tongkat, yang menjadi pengiring raja dalam perjalanan,” tambah dua wanita itu.
Tercatat, Makam Batu Raja Sidabutar, telah menjadi objek wisata yang paling sering dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara. Pada tahun 2005 tercatat sebanyak 11.374 orang wisatawan mancanegara dan 160 orang wisatawan nusantara, datang berkunjung ke tempat ini.
Dan dari catatan sejarah, raja pertama daerah ini dipimpin oleh Raja Oppu Sori Buttu Sidabutar yang wafat pada usia 115 tahun. Kemudian diambil alih oleh anaknya Oppu Ujung Ni Barita Sidabutar dan Raja ketiga, Oppu Solompoan merupakan orang pertama yang menjadi penganut agama Kristen setelah berkelana ke Tapanuli Utara dan bertemu dengan misionaris Jerman Ingwer Ludwig Nommensen. Kemudian kerajaan Sidabutar sekitar 500 tahun silam dikenal sebagai kerajaan terbesar dan terluas kekuasaannya di Pulau Samosir. (bernadette lilia nova)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar