Pesona Air Hangat Pantai Moinit
Indonesia memiliki sumber daya alam nan memikat. Salah satu yang belum tersentuh adalah Pantai Moinit dengan mata air hangat di pantainya.
Menginjakkan kaki di Minahasa Selatan, suasana terasa benar-benar berbeda bila dibandingkan dengan Manado yang hanya berjarak 1,5 jam berkendara dengan menggunakan mobil. Di Manado proses pembangunan dikebut untuk menyongsong World Ocean Converence (WOC) Mei 2009 mendatang, termasuk dengan mereklamasi pantai dan membangun gedung-gedung baru yang membuat Manado memiliki wajah yang sangat modern.
Indonesia memiliki sumber daya alam nan memikat. Salah satu yang belum tersentuh adalah Pantai Moinit dengan mata air hangat di pantainya.
Menginjakkan kaki di Minahasa Selatan, suasana terasa benar-benar berbeda bila dibandingkan dengan Manado yang hanya berjarak 1,5 jam berkendara dengan menggunakan mobil. Di Manado proses pembangunan dikebut untuk menyongsong World Ocean Converence (WOC) Mei 2009 mendatang, termasuk dengan mereklamasi pantai dan membangun gedung-gedung baru yang membuat Manado memiliki wajah yang sangat modern.
Sedangkan Minahasa Selatan sebagai daerah baru, yang baru lima tahun menjadi kabupaten, kini juga sudah mulai sibuk dengan pembangunan sarana dan fasilitas untuk umum. Walaupun masih belum sebanyak di Manado, sarana umum yang bisa ditemui di jalan lintas Minahasa Selatan menuju Gorontalo terdapat tempat peristirahatan yang dibangun ala negeri-negeri barat yang modern.
Keunikan lainnya dari Minahasa Selatan adalah pemandangan alamnya yang indah. Hamparan bukit yang menghijau, lembah-lembah yang dalam juga pantai membuat Minahasa Selatan menjadi daerah yang memiliki sumberdaya yang lengkap. Mulai dari hasil pertanian, perikanan hingga pertambangan, daerah ini memilikinya.
Dari sekian banyak objek wisata di Minahasa Selatan, yang patut dijadikan referensi ketika berkunjung adalah keunikan Pantai Moinit. Dari pusat kota Minahasa Selatan, Amurang, dibutuhkan 15 menit perjalanan. Sesuai dengan namanya, Pantai Moinit terletak di Desa Moinit. Mendekati pantai ini, suasana semakin berbeda, karena pantai ini teduh dengan ditumbuhi pohon besar yang seakan menjadi penjaga pantai.
Dengan pasir halus dan pinggir pantai yang teduh, menjadikan Pantai Moinit banyak dikunjungi oleh wisatawn lokal apalagi pada hari-hari libur nasional. "Kita memiliki banyak sumber daya alam. Salah satu yang paling menarik adalah Pantai Moinit dengan mata air panas di pinggir pantai," kata Bupati Minahasa Selatan RM Luntuntungan.
Pantai Moinit, jika dilihat sepintas hampir sama dengan pantai-pantai lainnya di Indonesia. Hamparan air yang membiru, ombak yang saling berkejaran di pantai semua sama dengan pantai pada umumnya.
Namun jagan salah, di pantai ini, mengalir dari dalam bumi sebuah mata air hangat yang dianggap masyarakat berasal dari Gunung Soputan yang masih aktif. Untuk menemukan mata air hangat yang mengalir satu meter di bibir pantai tersebut tidak sulit. Karena 100 meter di depannya sudah di bangun tempat peristirahatan untuk pengunjung berupa pondok-pondok kecil.
Bagi pengunjung yang baru pertama kali datang, akan kesulitan menemukan mata air hangat yang mengalir bercampur dengan air laut tersebut. Karena untuk merasakan air hangat yang mengalir diantara ombak, kaki harus sedikit ditenggelamkan kedalam pasir karena mata airnya yang tertutup pasir. Jika telapak kaki telah menyibakkan sedikit lapisan pasir, air hangat akan mengalir deras dan semakin lama semakin panas.
"Pantai Mionit adalah salah satu pantai paling unik di Minahasa Selatan juga di Indonesia. Tidak ada pantai yang memiliki keunikan seperti di pantai ini," tambah Bupati yang juga musisi tersebut.
Untuk kedepannya, Rm Luntungan mengaku akan membangun berbagai sarana bagi kepentingan masyarakatnya. Karena menurutnya, Minahasa selatan memiliki kekayaan alam yang sangat kaya. "Tahun depan target kita pelabuhan internasional sudah rampung. Selain memudahkan masyarakat juga memberikan peluang kepada investor asing agar menanamkan modal di Minahasa Selatan," katanya.
Lebih lanjut ditambahkan RM Luntungan, objek wisata lainnya yang masih terus dikembangkan di Minahasa Selatan adalah areal pertanian seperti agro wisata dengan aneka tanaman seperti kentang, jagung dan stroberi. "Stroberi kita masih berusia tiga bulan. Target kita beberapa bulan mendatang kita akan panen sekaligus menjadikannya sebagai objek wisata," tutrnya. (bernadette lilia nova)
Utamakan Sarana Fisik
Selain hadir dengan pemandangan alam yang elok, dengan gunung, lembah dan laut, yang tidak kalah menarik di Minahasa Selatan adalah pembangunan fisik yang terus ditingkatkan. Salah satu sarana paling penting yang tengah dikebut adalah pembangunan tempat pengisian bahan bakar untuk masyarakat pesisir dan pembangunan sarana umum lainnya.
Hal tersebut cukup beralasan, karena masyarakat pesisir atau masyarakat nelayan adalah pilar utama untuk menjaga kelangsungan dan kelestarian lingkungan laut. Selain itu bagi mereka laut adalah sumber penghidupan dan mata pencaharian. Agar memudahkan para nelayan mendapatkan bahan bakar, untuk kapal-kapal, Departemen Kelautan Dan Perikanan (DKP RI), meresmikan Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) di Desa Mobongo, Kelurahan Kawangkoan Bawah, Kecamatan Amurang Barat, yang diresmikan oleh Dirjen KP3K DKP RI Syamsul Ma'arif.
Bahkan dilokasi yang sama, tahun 2009 mendatang sebuah pelabuhan internasional akan diremikan. Sekarang masih dalam tahap pembangunan. "Dengan adanya pelabuhan internasional di Minahasa Selatan, masyarakat kita tidak usah lagi membawa hasil panen ke luar kota lewat jalur darat yang panjang," kata Bupati Minahasa Selatan RM Luntungan.
Pentingnya keberadaan SPDN di pesisir disambut hangat oleh para nelayan di sepanjang pantai Teluk Amurang. Karena selama ini, masyarakat baru bisa mendapatkan bahan bakar untuk kapalnya di Manado. "Dengan SPDN ini, masyarakat nelayan jadi lebih mudah mendapatkan bahan bakar. Dengan adanya SPDN ini saya yakin nelayan bisa meningkatkan hasil tangkapannya," kata masyarakat Desa Mobongo Kuswara Amandalu.
Antusias masyarakat pesisir di Desa Mobongo menyambut diresmikannya SPDN di desa mereka ditunjukkan pula dengan menggelar permainan musik bambu yang dikombinasikan dengan terompet berukuran besar yang di Betawi dinamakan Tanjidor. "Selain potensi alam, kita juga mengangkat kesenian tradisional sebagai salah satu unggulan di daerah ini," katanya. (bernadette lilia nova)