Minggu, 14 September 2008

Manado 1

Bunaken Tidak Sebesar Namanya

Terkenal dengan keasrian terumbu karang dan aneka biota laut, Bunaken tetap menjadi daya tarik wisatawan untuk diving ataupun snorkeling. Walau tidak lagi sebesar namanya.

Angin sepoi-sepoi bertiup ramah, membuat perjalanan di Manado, Sulawesi Utara terasa menyegarkan. Kubah-kubah bangunan ibadah yang berwarna gading, menjadi penambah keelokan kota yang terkenal dengan sebutan Tinutuan atau Kota yang terkenal dengan Bubur Manadonya tersebut.

Hamparan birunya air laut dari Teluk Manado yang masih terus direklamasi, membuat wajah Manado semakin cantik dengan bangunan serba modern yang terus dibangun di pinggir-pinggirnya. Tanah hasil reklamasi di Manado digunakan untuk membangun ruko, padahal seharusnya digunakan untuk sarana pariwisata, namun secara umum, Manado adalah kota yang cantik dengan pemandangan alam termasuk lautnya yang memikat. Namun mengunjungi Manado, belumlah lengkap jika belum datang dan menikmati pagi hari di Taman Laut Bunaken.


Dari pusat kota Manado, pengunjung harus menyeberang dengan menggunakan kapal bermotor.Dibutuhkan waktu lebih kurang 45 menit untuk sampai di kawasan yang semakin terkenal ke dunia internasional karena keberadaan ikan purba bernama Choelachant, yang telah hidup sejak 400 tahun lalu dan hanya bisa ditemui di kawasan laut ini. "Untuk sekarang ikan purba di Bunaken masih tersisa sekitar enam ekor saja. Kepurbaan seekor ikan ditandai dengan siripnya yang masih terdiri dari tulang," kata Kepala Seksi Rehabilitasi Ekosistem Laut DKP RI Sadarun.

Birunya laut dengan air yang nyaris tanpa gelombang berarti, membuat penyeberangan menuju Bunaken menjadi perjalanan yang menyenangkan. Apalagi jika menyeberang dilakukan pagi hari. Matahari yang masih malu-malu dengan sinarnya yang redup, membuat penyeberangan terasa nyaman dan menyenangkan.

Sebuah dermaga bertuliskan Taman Laut Bunaken lengkap dengan peta Pulau Bunaken menjadi penyambut para tamu yang datang. "Setiap bulan berapa jumlah wisatawan yang datang kita data. Bahkan untuk Mei tahun ini saja bisa mencapai 1.135 wisatawan," kata Manager Visitor Center Taman Laut Bunaken Yusuf Kasehung.
Tercatat Taman Laut Bunaken memang menjadi salah satu daerah konservasi andalan di Indonesia. Selain wisata bahari seperti diving dan snorkeling, Pengunjung juga bisa mendaki Gunung Manado Tua yang juga terdapat di kawasan taman," tambah Yusuf.


Bagi mereka pecinta diving, kawasan konservasi yang memiliki luas 89,65 ribu hektar termasuk laut ini, juga memiliki 48 spot diving atau titik-titik selam yang memiliki terumbu karang dan biota laut yang bervariasi. Sedangkan bagi pengunjung yang tidak ingin basah namun tetap ingin menikmati pemandangan bawah laut, tersedia pula sebuah kapal dengan kabin terbuat dari kaca, sehingga pengunjung tetap bisa menikmati pesona bawah laut tanpa susah payah menyelam atau snorkeling.

Lewat kapal impor dari Australia yang bernama Sapsi dengan kapasitas 32 penumpang tersebut, ikan-ikan hias dan terumbu karang bisa terlihat dengan jelas. Sehingga keindahan sekaligus kerusakan karang bisa terlihat dengan sangat jelas. Demikian pula ketika rombongan Dirjen Kelautan menaiki kapal dan memasuki buritan. Keindahan laut Bunaken yang terkenalpun segera terhampar di depan mata.

Selama 45 menit di dalam Sapsi, laut Bunaken memang terlihat. Namun sayang sekali terumbu karang di kawasan ini mulai banyak yang mati ditandai dengan karang-karang yang mulai memutih. "Penanganan secepatnya harus dilakukan. kalau tidak terumbu karang kita akan semakin hancur," kata Dirjen KP3K DKP RI Syamsul Ma'arif.


Langkah awal yang harus dilakukan menurut Syamsul Maarif adalah pendekatan dengan masyarakat agar bisa menjaga dan memelihara laut dan semua kekayaan di dalamnya. "Karang yang telah rusak sebenarnya bisa saja kita perbaiki dengan pencangkokan karang. Namun hingga kini masih tetap menjadi kontroversi," katanya.

Lebih lanjut ditambahkannya, setelah melihat terumbu karang selama 45 menit di Bunaken, jelas sekali kerusakan yang terjadi rata-rata disebabkan oleh kesalahan manusia selain virus yang menyerang karang yang dinamakan Virus Blecing. "Walaupun sudah ada yang rusak, namun masih banyak spot diving di Bunaken yang indah. Sebelum ikut rusak tugas pemerintah dan masyarakat adalah menjaganya," ujarnya. (bernadette lilia nova)

foto by Bernadette Lilia Nova

Manado 2

Gugah Kesadaran Lewat Konferensi

Sebagai negeri bahari terbesar di dunia, sudah saatnyalah Indonesia memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga dan melindungi kekayaan bahari yang dimilikinya. Pemeliharaan itu bisa saja dilakukan dengan membuat kebijakan tentang laut. Misalnya kebijakan yang berfungsi untuk melindungi kekayaan yang dimiliki atau mengeluarkan peraturan untuk melindungi sumber daya tersebut.


Salah satu cara melindungi laut dan kekayaan di dalamnya Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP RI), menggelar Konferensi Nasional (Konas VI) tentang Pesisir dan lautan 26-29 Agustus di Manado, Sulawesi Utara. Konferensi yang diikuti oleh 500 peserta tersebut sekaligus menjadi ajang promosi dan pembelajaran bagi masyarakat Manado, karena dalam konferensi tersebut juga digelar Pameran Sumber Daya Laut dari 15 propinsi di Indonesia.

"Yang bertanggung jawab pertama kali terhadap laut di negeri kita adalah kita sendiri. Tidak mungkin orang luar dulu yang membantu jika laut kita mengalami kerusakan," kata Menteri Kelautan dan Perikanan RI Fredy Numberi.
Dalam Pameran Sumber Daya Laut Indonesia tersebut, setiap propinsi menampilkan produk unggulan laut dari daerahnya masing-masing. Seperti peserta dari Propinsi Sulawesi Selatan. Propinsi ini menampilkan tiga kabupaten yaitu, Maros, Takalar dan Kabupaten Pangkep dengan hasil laut seperti rumput laut, kepiting dan kesuksesan menanam 4.500 mangrove di pantai-pantainya, untuk menjaga agar pantai tidak mengalami abrasi dan menjadi tempat biota laut bersarang. "Sulawesi Selatan memiliki laut yang luas. Selain menjadi objek wisata, laut harus bisa dimanfaatkan dengan maksimal," kata Teknisi Pusat Informasi Spasial Propinsi Sulawesi Selatan Zulkarnain.
Selain mengikuti pameran-pemeran kelautan berkelas nasional demi menyadarkan masyarakat tentang pentingnya laut, Pusat Informasi Spasial Propinsi Sulawesi Selatan (PISP), menurut Zulkaenain juga berfungsi sebagai pusat data kelautan yang bisa diakses oleh masyarakat luas. "Intinya kita mengembangkan data tantang sumber daya laut untuk memudahkan masyarakat mengembagkan hasil laut yang telah diperolehnya," ujar Zulkarnain.
Dalam pameran kelautan tersebut, Sulawesi Selatan juga menampilkan berbagai cara pengembangan mata pencaharian alternatif seperti cara penggemukan kepiting bakau, bagaimana mengelola keramba apung yang baik dan bisa menghasilkan hasil yang maksimal dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat bagaimana mengelola hasil panen dengan baik dan benar. (bernadette lilia nova)