Kamis, 10 April 2008

Antologi Terbuang III


Durga

kepada malam yang pucat
telah kulukiskan wajahmu dengan samar
sesekali saja angin beku pepadang
membuatnya berkedip
Durga perempuan dewa
perintang lara
telah kutawarkan
ungu padma dalam dekapan
telah kusampaikan bahasa rembulan
pun...
nyanyian panjang hutan-hutan

telah kupahat cerukmu
sedalam hati
kutatah namamu
dikesempurnaan mimpi
dan Durga
bersama kabut
senandungnya akan pergi


diam, dengarkan dan jangan berkomentar
dibalik jakarta 10 april 2008






Jumat, 04 April 2008

Mengintip Pusat Kavaleri Berkuda I

Mendidik kuda dan prajurit yang tangguh, itulah yang dilakukan Kavaleri Berkuda di Parongpong, Bandung.


Salah satu tempat melatih kuda yang paling banyak mencetak kuda-kuda militer dan prajurit kavaleri terbaik adalah, Pusat Kesenjataan Kavaleri Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud Pussenkav) di Jln Kolonel Masturi, Parongpong, Bandung, Jawa Barat. Terletak persis di kaki Gungung Tangkuban Perahu, pengunjung yang datang ke tempat ini akan dimanjakan dengan udara yang sejuk, dan pemandangan yang memesona.

Di pintu masuk, tamu yang datang akan disambut oleh sebuah gerbang kokoh dan patung kuda yang menjadi salah satu ciri khas dari Detasemen Kavaleri Berkuda ini. Setelah melewati gerbang utama, jalan berbatu akan mengantarkan pengunjung ke pusat pelatihan berkuda, yang tepat menghadap ke Gunung Tangkuban Perahu dengan legenda Sangkuriang di dalamnya.

Di ujung jalan berbatu dan berliku itulah, terhampar lapangan berkuda yang dibagi menjadi empat kategori yaitu, cross country, endurance, tunggang serasi dan show jumping. Cross country adalah lapangan berkuda yang dilengkapi dengan halang rintang permanen di atas lapangan rumput yang menghijau. Di lapangan ini pula tantangan terberat bagi kuda, yaitu tantangan air menjadi penentu keberanian kuda dan penunggangnya berada.

Tepat disebelah cross country, lapangan berkuda yang dinamakan endurance berdiri. Berbeda dengan cross country yang dihiasi rintangan permanen, di lapangan kelas endurance, rintangan akan terjatuh bila tersentuh oleh kuda. “Yang terberat adalah lapangan cross country, kalau kuda tidak bisa melewati rintangan, kuda dan penunggangnya bisa jatuh,” kata Anggota Pusat Kesenjataan Kavaleri Datasemen Kavaleri Berkuda Mayor Urip Prihatman.

Selain memiliki lapangan berkuda yang lengkap dan di desain khusus, Pusat Kesenjataan Kavaleri Detasemen Kavaleri Berkuda ini, juga bertugas memelihara dan mengembangbiakkan kuda-kuda militer yang tangguh. “Kita memiliki 16 istal yang masing-masing berisi 10 sampai 20 kuda,” tambah Urip.

Selain tempat latihan menunggang kuda dan pengembangbiakan kuda dengan bibit unggul, di Denkavkud Pussenkav ini juga terdapat sekolah berkuda. Uniknya, sekolah berkuda ini selain digunakan oleh para prajurit untuk tempat latihan juga terbuka untuk umum. Sekolah berkuda itu dinamakan Club Bala Turangga yang sekarang sedang mendidik 12 siswa dan siswi berkuda dari masyarakat sipil. “Untuk melatih kuda menjadi mahir, kita butuhkan waktu sekitar sembilan bulan. Enam bulan untuk latihan dasar dan tiga bulan untuk latihan lanjutan,” kata Pelatih Club Bala Turangga yang juga mantan atlet berkuda nasional Gutomo.

Berkat ketelatenan melatih kuda berkualitas yang lahir ditempat ini, Denkavkud Pussenkav dengan Bala Turangganya, telah memberikan andil sangat besar dalam membina dan memasyarakatkan olahraga berkuda. Bahkan Club Bala Turangga yang berdiri sejak 1986 ini, telah melahirkan atlet-atlet berkuda nasional dan internasional seperti Adi Katompo, Dicky Mardiyanto, Endaryanto Bambang, Andri Praseyono dan Ferry Wahyu. Nama-nama atlet berkuda lainnya yang banyak berprestasi adalah, Yayan Hardiansyah dan Nadya Marciano.

Tercatat dalam sejarahnya, satuan kavaleri berkuda ini terbentuk sejak adanya kuda-kuda hasil rampasan selama perang kemerdekaan akhir Desember 1949 dan awal 1950. Waktu itu, 20 ekor kuda diserahkan oleh bekas pasukan KNIL kepada Kavaleri AD. Itulah cikal bakal berdirinya Satuan Eskadron Kavaleri Berkuda.

Sejak 1957 Pusat Kavaleri Angkatan Darat ini mengadakan pembelian kuda dari Australia sebanyak 178 ekor kuda dan 1967, didatangkan kembali kuda-kuda dari Pakistan sebanyak 80 ekor. “Sekarang kuda-kuda yang digunakan, masih terjaga kualitas garis keturunannya, walaupun lahir disini,” tambah Gutomo.

Sekarang, setelah 55 tahun berdiri, Denkavkud memiliki120 ekor kuda dari keturunan thorough bred, warmblood dan anglo Arab yang terpelihara dengan baik dan dijaga kualitas garis keturunannya. Tidak heran dalam berbagai tugas kemiliteran, pasukan berkuda ini, pernah menalani tugas seperti, operasi penumpasan pemberontakan DI/TII di Jawa Barat, operasi penumpasan G30S PKI di Jawa Barat, Magelang dan Jakarta. Pasukan berkuda ini juga pernah menangani tugas pengamanan Dekrit Presiden dan pengamanan Istana negara tahun 1959, tugas pengamanan kunjungan Presiden AS Nixon di Jakarta dan operasi Timor-Timur. (bernadette lilia nova)

Mengintip Pusat Kavaleri Berkuda II

Kebiri Proses Edukasi

Mendidik kuda agar bisa menjadi tunggangan prajurit militer yang selalu disiplin, memang tidak mudah. Selain diharuskan menjalani berbagai pelatihan, kuda-kuda terbaik yang terdapat di Pusat Kesenjataan Kavaleri Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud Pussenkav) ini juga menjalani proses pengebirian.

Proses ini memang terlihat menyakitkan, namun di Denkavkud Pussenkav ini, pengebirian kuda dilakukan dengan melibatkan tenaga dokter berpengalaman dan dibantu oleh tim satuan kesehatan kavaleri berkuda dan tentu saja menggunakan obat bius. Sehingga untuk mengebiri seekor kuda rata-rata dibutuhkan satu orang dokter ahli dan tiga tenaga medis.

Hanya kuda-kuda yang dianggap tidak layak menjadi pejantan sajalah yang dikebiri dan kuda-kuda ini kemudian dilatih untuk digunakan bagi para prajurit dalam menjalankan tugas-tugas wajib kemiliteran. “Rata-rata kuda dikebiri setelah berusia dua sampai tiga tahun. Itupun setelah dilihat kalau kuda tersebut tidak bagus untuk menjadi pejantan,” kata Drh Suranto.


Yang lebih menarik dari proses pengebirian kuda di tempat ini adalah, proses pengebirian diikuti oleh mahasiswa-mahasiswa kedokteran hewan, untuk mempraktekkan secara langsung prosesi tersebut. “Biasanya kita mengebiri kuda sekali dua bulan. Itu karena untuk mengebiri seekor kuda dibutuhkan dana lebih kurang Rp 2 juta,” terang dokter hewan yang ramah ini.

Proses pengebirian kuda di tempat ini, juga dilakukan dengan cara yang sangat halus. Pertama sekali, kuda dikeluarkan dari istalnya, dan dimasukkan ke dalam kamar jepit. Setelah kuda merasa nyaman di kandang jepit, kuda dibersihkan dengan sikat dan diberi suntikan penenang, agar otot-otot kuda menjadi rilek dan santai. “Setelah otot kuda rilek kuda dipindahkan ke lapangan, di lapangan itulah kuda dibius dan proses pengebirian dilakukan,” tambah Suranto menerangkan.

Ditambahkan Suranto, proses pengebirian di tangan seorang dokter ahli hanya berlangsung 20-25 menit, sedangkan proses pembiusan terjadi selama 45 menit. “Kita sengaja bekerjasama dengan mahasiswa untuk praktek langsung, agar memberikan edukasi secara jelas kepada mereka,” kata Suranto lagi.

Setelah proses pengebirian selesai, kuda akan sehat kembali dalam waktu dua minggu. Setelah itu, kuda akan lebih tenang, mudah ditunggangi dan lebih mudah bersosialisasi sesama kuda ketika sedang berbaris. “Kalau tidak dikebiri, kuda akan agresif dan tidak bisa diajak berdekatan dengan kuda lainnya. lagi pula setelah dikebiri, proses pertumbuhan kuda akan lebih bagus,” tutup Suranto. (bernadette lilia nova)